CINTA SEDARAH
“Nabila”, panggil seseorang dari balik pintu. Itu suara kakakku. Dia masuk ke kamarku dan menghampiriku lalu dia memulukku.
“Ada apa kak?”, tanyaku heran.
“Nabila sayang sama kakakkan ?”, tanya kakakku. Aku pun mengangguk tanda mengiyakan.
“Nabila mau gak hidup sama kakak?”, tanyanya lagi.
Aku melepaskan pelukannya.
“Maksud Kak Abi apa?”, tanyaku tidak mengerti.
“Nabila sayangkan sama kakak. Kakak juga. Kita hidup berdua saja, tanpa ayah dan bunda. Jika mereka tahu, mereka pasti akan marah. Karena itu kita pergi saja dari rumah ini”
“Tapi kak…”
Dari balik pintu datanglah seseorang. Dia menarik tangan Kak Abi menjauh dariku dan Plaakk! Dia langsung menampar Kak Abi. Dia adalah Ayah.
“Apa maksud kalian ingin hidup bersama?”, tanya Ayah dan terlihat kemarahan di raut wajahnya.
“Ayah tak tahu atau pura-pura tidak tahu. Wanita itu, orang yang aku suka sejak 3 tahun lalu. Wanita itu juga punya perasaan yang sama padaku”, kata Kak Abi sambil menunjuk padaku.
“Apa kau sudah gila!”, Ayah marah dan hampir memukul kakak lagi.
“Ya, aku memang sudah gila. Dan semua ini karena kesalahan Ayah. 18 tahun, aku menjadi anak tunggal. Dan tiba-tiba Ayah membawanya pulang lalu mengatakan dia adik tiriku. Apa Ayah pikir aku bisa terima begitu saja? Ayah tak tahu kita sudah pacaran sebelum Ayah bilang dia adik tiriku”
Mendengar kata-kata Kak Abi, Ayah semakin marah. Ayah memukul Kak Abi tak henti-hentinya. Aku berusaha memisahkan mereka. Pukulan Ayah mengenaiku, aku terjatuh. Ayah membawa Kak Abi keluar kamar, lalu mengunci kamarku. Aku tak bisa keluar, aku berteriak memanggil ayah dan Kak Abi tapi tak ada balasan juga.
“
“Nabila sayang sama kakak
“Nabila mau gak hidup sama kakak?”, tanyanya lagi.
Aku melepaskan pelukannya.
“Maksud Kak Abi apa?”, tanyaku tidak mengerti.
“Nabila sayang
“Tapi kak…”
Dari balik pintu datanglah seseorang. Dia menarik tangan Kak Abi menjauh dariku dan Plaakk! Dia langsung menampar Kak Abi. Dia adalah Ayah.
“Apa maksud kalian ingin hidup bersama?”, tanya Ayah dan terlihat kemarahan di raut wajahnya.
“Ayah tak tahu atau pura-pura tidak tahu. Wanita itu, orang yang aku suka sejak 3 tahun lalu. Wanita itu juga punya perasaan yang sama padaku”, kata Kak Abi sambil menunjuk padaku.
“Apa kau sudah gila!”, Ayah marah dan hampir memukul kakak lagi.
“Ya, aku memang sudah gila. Dan semua ini karena kesalahan Ayah. 18 tahun, aku menjadi anak tunggal. Dan tiba-tiba Ayah membawanya pulang lalu mengatakan dia adik tiriku. Apa Ayah pikir aku bisa terima begitu saja? Ayah tak tahu kita sudah pacaran sebelum Ayah bilang dia adik tiriku”
Mendengar kata-kata Kak Abi, Ayah semakin marah. Ayah memukul Kak Abi tak henti-hentinya. Aku berusaha memisahkan mereka. Pukulan Ayah mengenaiku, aku terjatuh. Ayah membawa Kak Abi keluar kamar, lalu mengunci kamarku. Aku tak bisa keluar, aku berteriak memanggil ayah dan Kak Abi tapi tak ada balasan juga.
Sejak kejadian itu, aku tak pernah lagi bertemu dengan Kak Abi. Dia dimana? Apakah dia baik-baik saja? Aku tak pernah tahu. Ayah tak pernah mengungkit soal Kak Abi, seolah-olah ayah tak pernah memiliki seorang anak bernama Habibi.
Sudah 5 tahun berlalu dan aku masih tak tahu kabar darinya. Terkadang ada rasa penyesalan, seandainya bisa kembali ke masa itu. Aku ingin menghindarinya dan berharap semua ini tak pernah terjadi. Berharap semoga cinta sedarah ini tak pernah terjadi.
Karangan: Riza Aulia Akfiyani
Unsur intrinsic :
1. Tema : Percintaan Kakak Beradik
2. Penokohan :
Kak Abi : penyayang, pemberontak
Nabila : baik, sopan
Ayah : pemarah, main tangan
3. Setting : kamar nabila
4. Alur : maju mundur
5. Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama
6. Amanat : sayangilah sodaramu tetapi bukan mencintainya
7. Gaya bahasa : mudah dimengerti
Unsur ekstrinsik :
1. Latar belakang pengarang : -----------
2. Sosial :jangan membangun hubungan percintaan dengan saudara
3. Agama : -----------
4. Sejarah : -----------
5. Pendidikan : nilai sosial : jangan membangun hubungan percintaan dengan saudara
Oleh : Theresa Ester Efrata
0 komentar:
Posting Komentar